minggu ini terlalu sulit untuk dilupain. terlalu banyak masalah. so gue hanya bisa pasrah dan berdoa. mungkin tampang gue emang tampang kriminal kali ya, sampai-sampai gue dibilang pembohong. nggak tau lah, yang penting gue nggak bohong. terserah orang mau bilang apa. satu hal yang bisa gue ambil hikmahnya, kalo kejujuran itu memang mahal, udah jujur salah, tapi ya sudahlah.
intinya kan gue bukan mau cerita itu. cuma pengen lepasin unek-unek di hati.
gue pengen cerita, kalo pas balik ke bogor kemaren, gue nggak dititipin nenek-nenek lagi, tapi gue ketemu ibu-ibu yang bisa dikatakan hampir nenek-nenek tapi belum tua-tua banget di bandara. waktu itu, pas gue ama temen gue lagi di ruang tunggu, ada ibu-ibu tadi duduk di sampi gue. dia sempat nanya tujuan dan jenis pesawat yang gue tumpangi. kebetulan kita satu pesawat, tapi saat itu gue nggak sempat kenalan atau banyak tanya-tanya soalnya gue lagi asik baca novel "halo, aku dalam novel", novel yang gue beli saat pulang sebelumnya, dan ketinggalan di rumah. pas petugas bandara mengumumkan kalo penumpangnya sudah bisa masuk ke pesawat, gue sempat nawarin diri buat bantuin bawa tas ibu-ibu tadi, tapi ia menolak, mungkin gara-gara wajah gue mirip wajah kriminal kali ya? so gue jalannya bareng temen gue aja. pas di jalan menuju pesawat, gue lihat ibu-ibu tadi sempat berhenti, gue kira karena tas yang ia bawa agak berat. gue jalan ke arah ibu-ibu tadi, gue sempat bingung, mau menawarkan diri buat bantuin lagi atau nggak. tapi ibu-ibu tadi segera mengangkat tasnya, dan melanjutkan untuk berjalan lagi sambil membawa tasnya itu. so walaupun nggak bisa bantu, gue cuma bisa berdoa semoga ada orang lain yang mau membantunya. gue jadi inget nenek-nenek yang sempat gue ilangin di bandara waktu itu.
untuk nenek-nenek yang sampat gue ilangin waktu itu, "maaf nek saya nggak sengaja, saya kira nenek pergi ke toilet yang di bandara, maaf ya nek?"
dan untuk nenek Arini, "walaupun aku cuma bisa liat nenek dari foto, makasih nenek udah lahirin mama yang baik untuk aku, mudah mudahan arwah nenek diterima di sisi-Nya. Amin...
Sabtu, 25 September 2010
Minggu, 19 September 2010
sial kepikiran mulu dah
gue nggak mau ketemu ama yang namanya BESOK. gue mesti siapin mental baja, menghadapi *****2 yang bakalan introgasi gue. dan mudah mudahan besok gue baik2 saja. aal izz weel (gue lupa cara penulisannya).
Jumat, 17 September 2010
Mudik Gue, Asem Manis, Kecut Juga
ah, sialan. pas gue buka blog, banyak banget makhluk aneh yang nyampah di sini. hei! apa-apaan ini, ini blog gue, jangan sok komen deh. @#$%^&&^**( .gue kan mau nulis tentang mudik gue, kok malah ngomelin orang-orang aneh.
berbeda dengan saat-saat gue pulkam sebelumnya. gue selalu pulang dengan rasa senang, tapi kali ini gue sedih, memikirkan nasib gue di awal perkuliahan setelah libur lebaran, gue rasa itu akan sangat menyedihkan.
ya sudahlah.
gue musti berangkat abis sahur agar bisa sampai tepat waktu. sialnya kita (gue ama temen kosan gue) telat bangun setengah jam dari yang kita perkirakan. sahur gue musti buru-buru, dan nggak ada yang mandi. haha.untungnya bogor yang macet, masih jam setengah 5. trus sialnya lagi, gue telat sampai bandara. kita adalah penumpang terakhirnya. pas chek in mbak-mbak petugasnya bilang ke temennya
"masih bisa nggak ya?'
"coba tanya di sana" jawab petugas satunya lagi.
gue shok.
gue ama temen gue saling berpandangan.
"gue kira, gue musti balik ke bogor lagi, kuliah 1 minggu lagi" ucap gue.
"nggak bisa gimana mbak?" tanya gue ama petugas bandara.
"bisa kok mbak, tapi duduknya jauhan" jawabnya.
"iya".
gue duduk di kursi no 38F, paling bontot. temen gue 3B.
oke, tapi seru juga, "waiting is borring" nggak berlaku saat itu.
untuk bisa sampai di rumah, gue harus bisa menghadapi para calo transportasi di bandara. calo di bandara padang memang nomer 1 cerewetnya, gue pengen teriak bilang sama mereka kalo gue NGGAK mau, naik taksilah, ojeklah atau travel atau apalah yang ditawarkan.terus ada bapak-bapak yang bilang 3 sepuluh ribu, bikin gue tambah emosi aja. yang gue mau cuma bis langsung nganterin gue ke rumah. sayangnya, bis yang gue tunggu nggak ada, so gue musti naik bis damri atau tranex sampai persimpangan depan bandara.
pas nyampe rumah, pintu rumah ke kunci, gue manggil-mangil nyokap dari luar.
" jam segini biasanya mereka lagi di belakang (maksudnya di bagian belakang pekarangan rumah)" teriak tetangga gue.
semua anggota keluarga gue kecuali bokap ada di sana.orang yang pertama kali gue cari adalah nyokap. orang sangat gue rindukan.
dan hari itu berakhir begitu saja, dan gue lupa dengan permasalahan yang akan gue hadapi nanti dan hari itu, hari pertama gue buka bersama keluarga.
berbeda dengan saat-saat gue pulkam sebelumnya. gue selalu pulang dengan rasa senang, tapi kali ini gue sedih, memikirkan nasib gue di awal perkuliahan setelah libur lebaran, gue rasa itu akan sangat menyedihkan.
ya sudahlah.
gue musti berangkat abis sahur agar bisa sampai tepat waktu. sialnya kita (gue ama temen kosan gue) telat bangun setengah jam dari yang kita perkirakan. sahur gue musti buru-buru, dan nggak ada yang mandi. haha.untungnya bogor yang macet, masih jam setengah 5. trus sialnya lagi, gue telat sampai bandara. kita adalah penumpang terakhirnya. pas chek in mbak-mbak petugasnya bilang ke temennya
"masih bisa nggak ya?'
"coba tanya di sana" jawab petugas satunya lagi.
gue shok.
gue ama temen gue saling berpandangan.
"gue kira, gue musti balik ke bogor lagi, kuliah 1 minggu lagi" ucap gue.
"nggak bisa gimana mbak?" tanya gue ama petugas bandara.
"bisa kok mbak, tapi duduknya jauhan" jawabnya.
"iya".
gue duduk di kursi no 38F, paling bontot. temen gue 3B.
oke, tapi seru juga, "waiting is borring" nggak berlaku saat itu.
untuk bisa sampai di rumah, gue harus bisa menghadapi para calo transportasi di bandara. calo di bandara padang memang nomer 1 cerewetnya, gue pengen teriak bilang sama mereka kalo gue NGGAK mau, naik taksilah, ojeklah atau travel atau apalah yang ditawarkan.terus ada bapak-bapak yang bilang 3 sepuluh ribu, bikin gue tambah emosi aja. yang gue mau cuma bis langsung nganterin gue ke rumah. sayangnya, bis yang gue tunggu nggak ada, so gue musti naik bis damri atau tranex sampai persimpangan depan bandara.
pas nyampe rumah, pintu rumah ke kunci, gue manggil-mangil nyokap dari luar.
" jam segini biasanya mereka lagi di belakang (maksudnya di bagian belakang pekarangan rumah)" teriak tetangga gue.
semua anggota keluarga gue kecuali bokap ada di sana.orang yang pertama kali gue cari adalah nyokap. orang sangat gue rindukan.
dan hari itu berakhir begitu saja, dan gue lupa dengan permasalahan yang akan gue hadapi nanti dan hari itu, hari pertama gue buka bersama keluarga.
Langganan:
Komentar (Atom)